489 Ribu Usia Kerja di Sumut Terdampak Covid

GLOBALMEDAN.COM, MEDAN- Penduduk usia kerja merupakan orang yang berumur 15 tahun ke atas. Kelompok ini mengalami tren yang cenderung meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk di Sumatera Utara (Sumut).

Berdasarkan data di Badan Pusat Statistik Sumut tercatat jumlah angkatan kerja pada Agustus Februari 2022 sebanyak 7,74 juta orang, naik 259 ribu orang dibanding Februari 2021.

Sejalan dengan kenaikan jumlah angkatan kerja, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) juga naik sebesar 1,06 persen poin.

Kepala BPS Sumut Nurul Hasanudin SST MStat menyebutkan tingkat pengangguran terbuka (TPT) Februari 2022 sebesar 5,47 persen, turun 0,54 persen poin dibandingkan dengan Februari 2021.

“Penduduk usia kerja yang terdampak Covid-19 pada Februari 2022 sebanyak 489 ribu orang, mengalami penurunan sebanyak 205 ribu orang atau sebesar 41,92 persen dibandingkan Februari 2021,” kata Nurul, Selasa (10/5/2022).

Dia menjelaskan, komposisi penduduk usia kerja yang terdampak Covid -19 itu terdiri dari 46 ribu orang pengangguran, 22 ribu orang Bukan Angkatan Kerja (BAK), 21 ribu orang sementara tidak bekerja dan 400 ribu orang penduduk bekerja yang mengalami pengurangan jam kerja.

Keempat komponen tersebut mengalami penurunan dibandingkan Februari 2021. Penurunan terbesar adalah komponen penduduk bekerja yang mengalami pengurangan jam kerja karena Covid-19 sebanyak 163 ribu orang.

Nurul juga menyebutkan penduduk yang bekerja sebanyak 7,32 juta orang, meningkat sebanyak 285 ribu orang dari Februari 2021. Lapangan pekerjaan yang mengalami peningkatan persentase terbesar adalah sektor industri pengolahan (1,32 persen poin).

Sementara lapangan pekerjaan yang mengalami penurunan persentase terbesar yaitu sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan (1,16 persen poin).

Selain itu sebanyak 4,45 juta orang (60,87 persen) bekerja pada kegiatan informal, naik 1,71 persen poin dibanding Februari 2021.

Persentase setengah penganggur turun sebesar 0,01 persen poin, sementara persentase pekerja paruh waktu naik sebesar 3,52 persen poin dibandingkan Februari 2021.
Nurul juga menyebutkan dampak pandemi Covid-19 terhadap penduduk usia kerja
menurut jenis kelamin pada Februari 2022.

Berdasarkan jenis kelamin laki-laki sebanyak 288 ribu orang dan perempuan sebanyak 201 ribu orang.

“Jadi penduduk usia kerja laki-laki terdampak Covid-19 lebih banyak dibandingkan perempuan pada hampir semua komponen kecuali pada komponen BAK,” sebutnya.

Pada Februari 2022, katanya sebesar 77,27 persen dari seluruh BAK karena Covid-19 adalah perempuan. Persentase tersebut mengalami kenaikan sebesar 19,38 persen poin jika dibandingkan Februari 2021.

Lebih lanjut dipaparkan Nurul, komposisi angkatan kerja pada Februari 2022 terdiri dari 7,32 juta orang penduduk yang bekerja dan 423 ribu orang pengangguran.

Apabila dibandingkan Februari 2020, terjadi peningkatan jumlah angkatan kerja sebanyak 81 ribu orang.

Sementara itu penduduk bekerja juga mengalami peningkatan sebanyak 19 ribu orang dan pengangguran meningkat sebanyak 62 ribu orang.

Apabila dibandingkan kondisi Februari 2021, jumlah angkatan kerja meningkat sebanyak 259 ribu orang. Penduduk bekerja naik sebanyak 285 ribu orang dan pengangguran menurun sebanyak 26 ribu orang.

Berbeda dengan jumlah angkatan kerja, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) mempunyai pola perkembangan yang fluktuatif.

Untuk TPT menurut Daerah Tempat Tinggal pada Februari 2022, katanya TPT perkotaan (7,12 persen) lebih tinggi hampir dua kali TPT di daerah perdesaan (3,59 persen).

Dibandingkan Februari 2020, TPT perkotaan dan perdesaan naik masing-masing sebesar 0,40 persen poin dan 1,25 persen poin.

Namun jika dibandingkan Februari 2021, TPT perkotaan dan pedesaan mengalami penurunan masing-masing sebesar 0,32 persen poin dan 0,69 persen poin.

Menurut Daerah Tempat Tinggal penduduk usia kerja yang terdampak pandemi covid-19, terdiri dari penduduk perkotaan sebanyak 314 ribu orang dan penduduk perdesaan sebanyak 175 ribu orang pada Februari 2022.

Pada semua komponen dampak COVID-19, persentase penduduk perkotaan jauh lebih besar dibandingkan dengan penduduk perdesaan.

Pada komponen bukan angkatan kerja karena COVID-19, kontribusi penduduk perkotaan yang terdampak mencapai 95,45 persen. ( swisma)