MEDAN – Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) d Sumut mengalami pertumbuhan.
Menurut Direktur Pengawasan Lembaga Jasa Keuangan Kantor OJK Sumut Wan Nuzul Fachri, upaya memperluas akses keuangan bagi UMKM terus berlanjut untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
“Per November 2023, penyaluran kredit kepada UMKM di Sumatera Utara mencapai Rp78,23 triliun dengan pertumbuhan sebesar 12,19 persen yoy,” katanya, Selasa (6/2/2024).
Andil kredit UMKM terhadap total kredit, katanya juga telah melewati target yang dicanangkan pemerintah sebesar 30 persen, meningkat cukup substansial dibandingkan November 2022 yang tercatat 27,34 persen).
Pertumbuhan kredit UMKM yang cukup signifikan ini didorong pertumbuhan kredit segmen usaha mikro yang memiliki share outstanding terhadap kredit UMKM total sebesar 50,13 persen, diikuti segmen kecil 27,93 persen dan menengah 21,94 persen.
Demikian juga pola penyaluran kredit mikro yang lebih besar dibandingkan segmen kredit lainnya telah terjadi sejak akhir 2021.
Pada tahun-tahun sebelumnya, kredit menengah lebih mendominasi penyaluran kredit UMKM.
Pergeseran segmen kredit UMKM ini diperkirakan karena munculnya beragam jenis usaha perorangan dalam era new normal, sehingga kredit yang disalurkan kepada kelompok mikro lebih besar dibandingkan kelompok lainnya.
Wan Nuzul menyebutkan,
Kantor OJK Sumut juga mendorong pengembangan UMKM melalui pemenuhan target Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD).
Adapun target pengembangan tersebut di antaranya pengembangan UMKM go marketplace, UMKM go cashless, fasilitasi UMKM go export, dan pemberdayaan kelompok UMKM wanita.
Kuatnya penyaluran kredit konsumtif di Sumatera Utara mendorong pemulihan pertumbuhan kredit provinsi secara keseluruhan.
Kredit konsumtif secara stabil mengalami pertumbuhan selama setahun terakhir dan pada November 2023 mencapai Rp76,38 triliun atau bertumbuh 9,61 persen yoy.
Hal ini mengindikasikan konsumsi rumah tangga telah pulih secara bertahap menuju keadaan normal sebelum pandemi COVID-19.
Pertumbuhan konsumtif ditopang oleh kredit rumah tangga lainnya dan multiguna yang bertumbuh 9,42 persen yoy, kredit kepemilikan rumah tinggal (KPR) yang mencapai 9,64 persen yoy, dan kredit kepemilikan kendaraan bermotor (KKB) yang mencapai 10,54 persen yoy.
Salah satu faktor yang mendorong konsumsi adalah peningkatan konsumsi pada saat Nataru yang lalu.
Kemudian peningkatan permintaan barang dan jasa untuk kegiatan pemilu dan stimulus pembebasan pajak PPN untuk pembelian rumah tinggal pada harga tertentu.
Kualitas kredit perbankan tetap terjaga pada tingkat yang aman, dengan rasio non performing loan (NPL) net sebesar 0,77 persen dan NPL gross sebesar 1,89 persen.
Di sisi lain, kredit restrukturisasi terkait pandemi Covid-19 terus mengalami penurunan sebesar Rp320 miliar dibanding bulan sebelumnya menjadi Rp7,98 triliun (Oktober 2023: Rp8,30 triliun).
“Ini menandakan kinerja debitur yang semakin baik seiring dengan pemulihan dunia usaha,” pungkasnya. ( tanai)