Memaknai Kartini di Mata Legislator Perempuan

Oleh: Meryl R Saragih, Anggota DPRD Sumut Fraksi PDI Perjuangan

 

Setiap  tanggal 21 April, bangsa ini memperingatinya sebagai hari Kartini, sosok wanita yang berjuang demi kesetaraan hak antara wanita dengan pria melalui emansipasi wanita.

Sosok wanita yang tersembunyi di balik tembok keraton itu saat ini mampu menjadi inspirasi bagi kaum wanita di negeri ini. Setiap perempuan bisa jadi pahlawan dengan kapasitas di bidangnya masing-masing.

Hari Kartini tak hanya sekadar seremoni yang dirayakan dengan berkebaya. Peringatan hari lahir sosok emansipasi wanita ini merupakan momen untuk membuktikan tentang kegigihan dan keuletan para perempuan dalam memajukan Indonesia.

Saat ini tidak sedikit perempuan yang memiliki peran strategis di berbagai bidang, baik politik, bisnis, sosial dan lainnya. Semuanya itu sebagai bukti bahwa perjuangan itu tidak mengenal gender, siapa saja bisa.

“Perempuan harus melek politik. Jangan apatis atau paling tidak sedikitnya tahulah soal politik dalam kehidupan sehari hari,” sebut Anggota DPRD Sumut Meryl Rouli Br Saragih.

Dara cantik kelahiran Kota Medan 31 tahun lalu ini juga ingin terus menyuarakan agar kian banyak perempuan berkiprah di dunia politik, tak melulu terpaku pada kasur, dapur dan sumur.

Politik tidaklah seseram seperti yang dibayangkan. Politik adalah seni, yakni seni untuk mengambil kebijakan, dimana kebijakan yang diputuskan itu harus benar-benar untuk kepentingan masyarakat banyak.

Momen hari Kartini harus dijadikan momentum untuk mendobrak stigma bahwa perempuan harus bisa dan tidak hanya rumah mengurus rumah tangga. Kodrat wanita hamil, melahirkan dan menyusui bukanlah penghalang untuk mengaktualisasikan diri.

“Perempuan itu sama dengan laki-laki. Teruslah mengembangkan diri dan teruslah merengkuh karir. Kita harus mengaktualisasikan diri dan berkarya untuk kemajuan demi membantu orang banyak,” sebut alumi Tri Sakti itu.

Sebagai salah satu perempuan yang saat ini duduk di Komis A DPRD Sumut itu, dia merasa memiliki tanggungjawab moral bagimana ke depan keterwakilan perempuan di parlemen sesuai dengan regulasi 30 persen.

Lantas apa yang harus dilakukan ?. Wanita yang terkenal dengan ramah dan murah senyum ini secara gamblang sering memposting berbagai kegiatan yang berkaitan dengan kerja-kerjanya di dewan di media sosial.

Dengan demikian perempuan akan semakin familiar dengan berbagai kegiatan anggota dewan yang tidak melulu duduk di kantor. Karena jika ingin tahu apa permasalahan yang ada di masyarakat, tidak ada cara lain, adalah langsung terjun ke tengah-tengah masyarakat.

“Dunia digital mempermudah kita untuk memperluas informasi. Demikian juga media sosial menjadi sarana yang sangat efektik untuk mengispirasi kaum perempuan agar melek politik.
“Apa yang saya posting di media sosial tentang kegiatan-kegiatan sebagai anggota DPRD semoga menjadi contoh dan memotivasi perempuan untuk memilih jalan di dunia politik,” katanya.

Jadilah perempuan-perempuan tangguh yang mampu mendobrak keterbatasan.Teruslah mengaktualisasikan diri. Raihlah kesempatan untuk memegang peranan penting, baik di politik, bisnis maupun lainnya.

Perempuan tidak lagi sekedar pelengkap, tapi sudah punya peran penting dan diperhitungan. Kodrat sebagai wanita bukanlah penghalang, tetapi jadikan sebagai cemeti untuk mengaktualisasikan diri. (*)