GLOBALMEDAN.COM, MEDAN- Berlandaskan empat pilar komitmen yaitu ‘Huawei I DO’ yang terdiri dari I Do Care, I Do Collaborate, I Do Create, dan I Do Contribute, Huawei Indonesia secara konsisten menyelenggarakan program tanggung jawab sosial perusahaan.
Hal itu bertujuan berbagi pengetahuan dan teknologi agar dapat terus berkontribusi dan menciptakan nilai dalam membangun Indonesia yang terhubung sepenuhnya, berorientasi 5G, lebih cerdas, digital, dan berkelanjutan secara bersama-sama.
Tahun ini, Huawei CSR Ramadhan 2022 mengangkat tema Huawei I Do Care – One Heart for a Fully Connected and Prosperous Indonesia sebagai upaya untuk meningkatkan konektivitas dan inklusi digital ke sekolah-sekolah di Sorong dan Biak, Papua Barat, serta panti asuhan di 14 kota di seluruh Indonesia.
Keterangan tertulis diterima redaksi, Sabtu (16/4/2022) kegiatan ini merupakan bagian dari realisasi komitmen Huawei untuk membangun konektivitas dan memberikan akses terhadap pendidikan inklusif kepada anak-anak, terutama mereka yang tinggal di pedesaan dan pulau-pulau terpencil.
Acara CSR ini terinspirasi dari perhatian besar pemerintahan Presiden Joko Widodo terhadap pembangunan infrastruktur dan konektivitas di Kawasan Timur Indonesia.
Hadir pada kegiatan tersebut Staf Khusus Menteri Bidang Kebijakan Digital dan Pengembangan SDM/Juru Bicara Kementerian Komunikasi dan Informatika RI Dedy Permadi PhD, Deputi Bidang Pemenuhan Hak Anak, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak Ir. Agustina Erni M.Sc.
Selain itu hadir juga Vice President, Management Transformation, Huawei Indonesia Wang Bin, Direktur Sekolah Dasar Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Riset dan Teknologi Dra. Sri Wahyuningsih, MPd, Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak Indonesia Kak Seto dan Wenseslaus Manggut, Ketua Asosiasi Media Siber Indonesia dan CCO KLY.
Staf Khusus Menteri Bidang Kebijakan Digital dan Pengembangan SDM /Juru Bicara Kemkominfo RI Dedy Permadi PhD
dalam sambutannya mengapresiasi yang tinggi kepada Huawei yang memiliki inisiatif luar biasa untuk menjangkau anak-anak di Papua dan Papua Barat agar bisa terkoneksi secara baik dengan internet.
“Internet ini seperti pedang bermata dua. Untuk itu, tugas kita bersama, baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat umum memastikan bahwa internet digunakan secara positif, produktif, dan kreatif oleh seluruh pengguna internet di Indonesia,” katanya.
Deputi Bidang Pemenuhan Hak Anak, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak Ir. Agustina Erni, M.Sc menyatakan anak Indonesia menempati sepertiga komposisi dari seluruh penduduk dan menjadi kunci kesuksesan dari keberhasilan bangsa Indonesia di masa depan.
Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran tidak hanya guru sebagai pendidik, namun juga seluruh sektor seperti orang tua, pemerintah, dunia usaha, lembaga masyarakat, media, dan masyarakat umum lainnya.
“Kami sangat mengapresiasi komitmen Huawei dalam meningkatkan konektivitas dan inklusivitas untuk mendukung arahan Presiden dalam membangun Indonesia dari wilayah timur,” katanya.
Dengan adanya dukungan perangkat teknologi dan akses internet untuk SD di Sorong dan Biak diharapkan dapat meningkatkan akses pendidikan bagi anak-anak yang tinggal di daerah perdesaan dan terpencil.
” Kami berharap upaya dan dukungan yang dilakukan Huawei dapat direplikasi perusahaan-perusahaan lain khususnya dalam upaya pemenuhan hak anak,” ungkapnya.
Sementara itu Wang Bin, Vice President, Management Transformation, Huawei Indonesia, mengatakan, pada Huawei CSR Ramadhan ini, menekankan sebagai bagian dari pengembangan talenta digital, menjembatani sekolah-sekolah di Papua dengan dunia digital menjadi hal yang secara khusus.
“Kami percaya anak-anak, terutama di pedesaan, berhak mendapatkan hak yang sama, untuk menikmati konektivitas dan pendidikan,” katanya.
Menurutnya tak dapat dimungkiri, talenta digital memang menjadi dasar dari transformasi digital. Karena itu, dia berharap anak-anak akan dibekali dengan sarana untuk mengakses internet dan meningkatkan literasi digital.
“Transformasi digital ibarat seperti angin yang membawa kita maju untuk berlayar ke timur. Kami sadar infrastruktur teknologi dan konektivitas jaringan sangat dibutuhkan di Papua. Kedua ini akan memampukannya untuk berdaya saing seperti halnya seluruh wilayah di Indonesia,” ucapnya.
Seperti tahun sebelumnya pada tahun ini, Huawei juga menggelar acara CSR untuk panti asuhan di 14 kota di seluruh Indonesia. Ini adalah bagian dari komitmen I Do Huawei untuk memberikan kembali kepada komunitas dimana Huawei beroperasi.
“I Do” berasal dari kata, “Indonesia,” untuk menyoroti bahwa Huawei telah menjadi bagian dari Indonesia selama lebih dari 22 tahun.
Huawei berkomitmen untuk terus memberikan kontribusi dan tanggung jawab sosial korporasi bagi masyarakat Indonesia dalam upaya mengembangkan talenta digital. Sebelum 2025, Huawei berkomitmen untuk membina 100 ribu talenta digital di Indonesia.
Sementara itu, Dra. Sri Wahyuningsih M.Pd, Direktur Sekolah Dasar Kemendikbud Riset dan Teknologi, mengatakan, literasi dan inklusi digital menjadi kebutuhan mendasar bagi pelaksanaan konsep Merdeka Belajar.
Saat ini, pada jenjang sekolah dasar masih cukup tinggi prosentase sekolah yang harus disiapkan untuk bertransformasi digital.
Ragam kendala di dunia pendidikan tidak hanya terjadi di daerah terpencil, tapi juga di sekolah yang berada di perkotaan.
“Saya mengapresiasi Huawei dan ini merupakan wujud kontribusi dan tanggung jawab Huawei kepada dunia pendidikan yang merupakan semangat serentak bergerak untuk mewujudkan kualitas pendidikan Indonesia, ” ujarnya
Kak Seto, Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak Indonesia, mengatakan, literasi digital adalah keniscayaan di era sekarang untuk memenuhi hak belajar, karena belajar itu bukan kewajiban tapi merupakan hak anak.
Literasi juga menjadikan anak-anak Indonesia memahami fungsi dan manfaat teknologi secara benar. Melalui teknologi, anak-anak dapat mengeksplorasi kecerdasan dan kreativitas.
” Saya berharap konektivitas segera merata sehingga teknologi di Indonesia bisa semakin inklusif. Untuk itu, kontribusi Huawei dalam rangka mewujudkan tujuan ini patut diapresiasi,” katanya.
Acara ini juga mendapat dukungan dari media yang berperan untuk meningkatkan literasi digital dan pendidikan inklusif bagi masyarakat.
Wenseslaus Manggut, Ketua Asosiasi Media Siber Indonesia dan CCO KLY, mengatakan, kesenjangan digital masih terjadi di Indonesia. Sekitar 12.000 desa yang belum terjangkau internet sebagian besar berada di Indonesia Timur sehingga kawasan ini menjadi salah satu wilayah yang perlu segera mendapatkan dukungan.
Kehidupan akan menjadi lebih baik jika akses terhadap informasi juga baik. Karena itu, media sebagai distributor informasi perlu berkolaborasi dengan berbagai stakeholder mulai dari pemerintah, dunia pendidikan, pelaku industrl dan masyarakat umum agar tidak ada kesenjangan informasi di Indonesia.
“Kami mengapresiasi upaya Huawei dalam turut mengakselerasi pemerataan konektivitas dan peningkatan literasi serta inklusi digital,” demikian katanya.( swisma)