MEDAN-Perkembangan transaksi keuangan digital di Indonesia terus terakselerasi merambah berbagai aspek kehidupan, termasuk pada sektor keuangan dan sistem pembayaran.
“Perkembangan tersebut
terutama pada penggunaan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS),” kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara IGP Wira Kusuma pada acara Badan Musyawarah Perbankan Daerah (BMPD) Talks di Menara Mandiri Regional Medan, Selasa (1/10/2024)
Kegiatan tersebut merupakan kolaborasi Kantor Perwakilan BI dengan BMPD, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), LPS, Kominfo, Kepolisian Sumatera Utara.
Pesatnya perkembangan tersebut seiring dengan meningkatnya akseptasi dan preferensi masyarakat dalam penggunakan instrumen dan kanal pembayaran digital.
Pada Agustus 2024, transaksi QRIS di Sumut tumbuh sebesar 214,93% (yoy) dengan jumlah pengguna mencapai 52,55 juta dan jumlah merchant mencapai 33,7 juta.
Kegiatan bertajuk ‘Talkshow Pelindungan Konsumen dan Diseminasi Database Profil UMKM Potensial Dibiayai (BISAID) itu digelar guna memitigasi berbagai risiko cyber dan aktivitas ilegal di era digital.
Wira juga menyebutman, sementara penggunaan QRIS tumbuh kuat mencapai 2,58 juta pengguna di Sumatera Utara.
Sedangkan dari sisi merchant di Sumatera Utara telah terdapat 1.30 juta merchant, yang didominasi oleh merchant usaha mikro (58,47%).
Adapun dari sisi user, hingga Agustus 2024 terdapat 2,49 juta pengguna QRIS atau tumbuh 42,24% (yoy).
“Hal ini juga sejalan dengan upaya pemerintah untuk mendorong inklusi keuangan dan mempercepat digitalisasi ekonomi,” sebutnya.
Dijelaskan Wira, Bank Indonesia mencatat kinerja transaksi ekonomi dan keuangan digital Nasional pada Agustus 2024 tetap kuat.
Hal ini antara lain tercermin dari transaksi digital banking yang tumbuh sebesar 31.11% (yoy) dengan volume sebanyak 1,87 miliar transaksi.
Sejalan dengan kondisi nasional, volume transaksi nontunai di Sumatera Utara pada Agustus 2024 juga tercatat tumbuh positif dengan pertumbuhan transaksi Uang Elektronik mencapai 21,77% (yoy) atau 16.65 juta transaksi.
“Di tengah perkembangan keuangan digital yang berkembang dengan pesat tersebut, tentunya tidak lepas dari berbagai tantangan, khususnya dalam hal infrastruktur dan literasi masyarakat yang masih belum merata,” ungkap Wira.
Berdasarkan indeks literasi digital yang dipublikasikan Kominfo, pada 2022 tercatat tingkat literasi digital secara nasional adalah sebesar 3.54 dari skala 5. ( swisma)