Milad UINSU ke -50, Rektor Wisuda 4.495 Lulusan

MEDAN – Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU) Medan mewisuda 4.495 lulusan dari delapan fakultas dan satu program pascasarjana di Gelanggang Mahasiswa HM Arsjad Thalib Lubis Kampus I Jalan IAIN/ Sutomo Ujung Medan, Senin (20/11/2023)

Wisuda ke 81 yang berlangsung
selama tiga hari, 18-20 November 2023 itu dirangkai dengan dies natalis ke-50 UINSU yang acara puncaknya digelar pada Minggu (19/11/2023).

Hadir pada puncak dies natalis ke-50 UINSU itu, Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI Prof Dr Muhammad Ali Ramdhani, Direktur Pendidikan Tinggi Islam, Prof. Dr. Ahmad Zainul Hamdi, dan pejabat Forum Komunikasi Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara.

Rektor UINSU Prof Dr Nurhayati MAg dalam pidatonya mengatakan, pada 19 November 2023 merupakan hari bersejarah bagi UINSU Medan.

Pasalnya, tepat 19 November 1973, IAIN Sumatera Utara (kini UINSU) diresmikan Menteri Agama Kyiai Haji Mohammmad Dahlan yang dihadiri Gubernur dan Walikota Medan serta ulama-ulama Sumatera Utara.

Setelah diskusi dan perdebatan yang sedikit alot, diputuskan nama yang dipilih untuk IAIN yang baru diresmikan tersebut adalah IAIN Sumatera Utara Medan.

Berbeda dengan UIN dan IAIN lainnya di Indonesia yang kerap menggunakan nama ulama besar menjadi nama perguruan tingginya, seperti UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, UIN Sunan Gunung Jati Semarang.

Demikian juga UIN Sunan Ampel Surabaya, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, UIN Maulana Malik Ibrahim dan lainnya.

Para tokoh dan ulama Sumut kala itu memilih Sumatera Utara menjadi nama IAIN. Bukan berarti di Sumatera Utara tidak ada ulama atau tuan syekh yang terkenal.

“Siapa yang tidak kenal dengan Syekh Abdul Wahhab Rokan Al-Khalidi Al-Naqsabandy, Syekh Abdul Kadir al Mandili, Syekh Ali Hasan Ahmad Al-Dary, Syekh MUshtafawiyyah Husein Purba Baru, Syekh Hasan Maksum dan lain-lain. Mengapa nama mereka tidak dipilih menjadi nama IAIN,” kata Prof Nurhayati.

Prof Nurhayati menjelaskan, hal ini disebabkan sulitnya memutuskan satu nama, karena mereka rata-rata sama alimya, sama abidnya, sama kuat integritasnya dan tentu saja mereka adalah ulama besar yang dihormati tidak saja di Sumatera Utara, tetapi di Nusantara bahkan dunia.

Kemudian diputuskan nama yang dipilih adalah ‘Sumatera Utara’ merupakan sebagai titik temu keinginan luhur para umara dan sekaligus cita-cita agung para ulama dan mujahid dakwah di Sumut.

“Tentu ada hikmah di balik penggunaan kata Sumut ini. Setidaknya kita bisa berkata, UINSU Medan adalah milik masyarakat Sumut karena lahir dari keinginan masyarakat Sumut itu sendiri,” kata Prof Nurhayati.

Dijelaskannya, UINSU, bukan milik satu golongan atau etnik tertentu saja bahkan bukan hanya dimiliki agama tertentu.

Perlu  disampaikan, hingga tahun akademik 2017-2023, UINSU memiliki 37 mahasiswa Kristen dan Katolik yang nyaman, damai tanpa ada gangguan-gangguan apapun.

Disebutkan Rektor, saat ini UINSU Medan memiliki delapan fakultas, yakni Fakultas Syari’ah dan Hukum, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Fakultas Ilmu Sosial, Fakultas Sains danTeknologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Program Pasca Sarjana.

UINSU memiliki 63 program studi dengan posisi akreditasi 7 berstatus Unggul, 46 berstatus Baik Sekali dan sejumlah kecil masih Baik.

Saat ini, katanya UINSU sedang bekerja keras untuk melakukan reakreditasi Institusi sehingga pada 2024 dapat meraih akreditasi Unggul.

Di tengah persoalan yang mendera UINSU dalam tiga tahun belakangan ini, UINSU tetap saja bangkit, bertumbuh dan berkembang.

“Saya bangga dengan kedewasan warga UINSU yang dapat memilah berbagai persoalan institusi dan masalah-masalah itu tidak memberi pengaruh besar dalam perkembangan kampus”, kata Prof Nurhayati.

Namun lanjut Rektor, harus diakui dengan jujur, persoalan yang mendera sedikit banyaknya juga mempengaruhi kinerja pimpinan dan tenaga kependidikan (tendik).

“Syukurlah, kerjasama tim yang kuat, satu persatu persoalan-persoalan besar yang melanda dapat diurai dan pelan-pelan dapat diselesaikan”.

Setelah dilantik menjadi rektor, satu di antara tujuh program prioritas adalah menyelesaikan persoalan-persoalan selama ini membebani dan memberati UINSU, sehingga masalah-masalah itu telah menemui titik terang.

Pertama, masalah penerimaan Dosen BLU yang menggantung selama hampir dua setengah tahun, telah selesai. Sebanyak 51 Dosen BLU telah diserahkan SK-nya dan siap bertugas di UIN Sumatera Utara.

Kedua, Persoalan Tanah Sena, yang hampir 5 Tahun tidak mengalami progress, saat ini sudah hampir selesai.

Tanah Sena ini penting karena disiapkan untuk Pembangunan Gedung Fakultas Kedokteran, auditorium besar dan berbagai sarana dan prasarana pengembangangan kreativtas mahasiswa.

Ketiga, masalah gedung mangkrak yang hampir 5 tahun tidak bergerak, terbengkalai, saat ini sudah dalam proses.

Dalam waktu dekat, atas bantuan Kementerian PUPR, gedung mangkrak tersebut dapat diperbaiki dan insya Allah pada tahun 2024 sudah dapat dimanfaatkan untuk perkuliahan.

“Kami mohon doa agar masalah Ma’had Al-Jami’ah, persoalan ke 4 juga dapat diurai dan selesaikan. Kami semua yang diberi amanah pada periode ini untuk memimpin UINSU Medan, tidak menaruh target yang muluk-muluk. Kami hanya bertekad agar persoalan-persoalan yang membelit dan membebani UIN Sumatera Utara selama ini dapat diselesaikan dengan baik,” ujar Rektor.

Di samping menyelesaikan 4 masalah besar di atas, UINSU terus berusaha membenahi hal-hal dasar terutama yang berkenaan dengan fasilitas belajar dan mengajar, serta melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

“Untuk itulah, dalam memberikan pelayanan yang mudah, cepat, penuh kepastian dan friendly serta humanis, kami telah meluncurkan gagasan dan kebijakan apa yang kami sebut Smart Islamic University”.

Smart Islamic University bukan sekadar pemanfaatan teknologi digital untuk pelayanan akademik dan nonakademik bagi mahasiswa dan stakeholder, namun lebih dari itu smart Islamic university adalah sebuah konsep yang mengharmonisasikan antara kemajuan teknologi dan nilai-nilai keisalaman.

Integrasi sains dan agama inilah yang menjadi kata kunci bagi kemajuan peradaban Islam dan pada saat yang sama integrasi sains dan agama akan meaajdi bukti kebermaknaan kehadiran UIN di tengah-tengah masyarakat.

“Kami bertekad, pada usia ke 50 tahun ini, persoalan-persoalan di atas dapat diselesaikan agar dapat berlari lebih kencang dalam menghebatkan UINSU Medan,” ujar Prof Nurhayati.

Pj Gubernur Sumatera Utara Hassanudin dalam sambutan tertulisnya dibacakan Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat, Drs Basarin Yunus Tanjung, MSi mengharapkan, UINSU harus mampu mengadopsi kemajuan dalam penyiapan SDM yang unggul dan berkualitas.

Salah satunya peningkatan mutu dan kualitas pendidikan tinggi dan penguatan yang berorientasi skala global dalam tata persaingan internasional.

Di samping itu, lanjut Pj Gubsu transformasi of knowledge diperlukan dan UINSU mampu bersaing dalam tataran global dengan dilandasi nilai-nilai keimanan dan kecerdasan spiritualitas, inilah yang menjadi kekuatan UINSU.

Menurut Pj Gubsu, gerakan pencerahan pendidikan dari pembebasan sekat-sekat primordial harus mengedepankan kemanapun universitas, menjadi pribadi yang baik dan berakhlak mulia sebagai ciri manusia terdidik. (swisma)