Investasi Saham Jangka Panjang dan Keuntungannya

GLOBALMEDAN.COM, MEDAN – Berinvestasi menjadi salah satu cara untuk membuat dan menjaga agar nilai uang terus bertahan dalam jangka panjang.

Kepala Kantor Perwakilan Bursa Efek Indonesia (BEI) Sumatera Utara, Muhammad Pintor Nasution menyebutkan, investasi seperti apa yang bisa dipilih para investor.

“Saham menjadi salah satu pilihan investasi jangka panjang. Sesuai dengan karakteristiknya, saham layak dipilih sebagai instrumen investasi jangka panjang,” ujar Pintor, Jumat (18/2/2022).

Dijelaskannya, investasi dengan portofolio di atas lima tahun dapat dikategorikan sebagai investasi jangka panjang.

Fluktuasi harga saham yang tinggi dalam jangka pendek, membuat risiko yang tinggi pula jika ditujukan untuk invetasi jangka pendek. Karena itu, naik dan turun harga saham dalam jangka pendek tidak selalu mencerminkan kinerja keuangan perusahaan.

Salah satu faktor utama yang mempengaruhi volatilitas saham adalah permintaan jual dan beli yang mengikuti hukum ekonomi.

Semakin banyak yang merealisasikan keuntungan dengan menjual saham tersebut akan membuat harga saham turun dan sebaliknya semakin banyak yang membeli saham tersebut akan semakin naik harganya.

Pintor menyebut, faktor lain adalah situasi eksternal perusahaan, seperti situasi ekonomi, kebijakan atau peristiwa yang berdampak kepada sektor industri perusahaan, dan faktor lain seperti stabilitas politik, keamanan, dan sebagainya.

Pertimbangan utama ketika investor membeli saham dalam jangka panjang adalah kinerja fundamental perusahaan penerbit saham.

“Caranya dengan mencermati laporan keuangan perusahaan dan menganalisa prospek usaha perusahaan dan proyeksi bisnis serta keuangan perusahaan di masa depan,” katanya.

Jika kinerja perusahaan terlihat terus bertumbuh dalam jangka waktu 10 atau lima tahun terakhir, ini bisa mencerminkan proyeksi kinerja keuangan di masa depan.

Faktor sektor usaha perusahaan juga bisa ikut jadi pertimbangan, apakah dalam jangka panjang produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan akan tetap dibutuhkan banyak orang.

Ia meyakini, dengan melakukan analisis-analisis ini, investor tidak perlu risau ketika harga saham perusahaan turun dalam jangka pendek.

Artinya, penyebab turunnya harga saham bukan karena faktor fundamental, tetapi akibat situasi eksternal yang sedang terjadi. Jika kondisi eksternal sudah membaik kembali, harga sahamnya pun akan ikut naik lagi.

Pintor menyarankan, sebelum memutuskan berinvestasi, yang paling utama perlu dilakukan adalah menentukan tujuan investasi. Sehingga, seorang investor tahu apa kebutuhannya dan produk investasi apa yang sesuai dengan tujuan investasi. Selain jangka waktu investasi yang dipengaruhi tujuan, hasil investasi juga akan jadi pertimbangan dalam menetapkan produk investasi yang sesuai.

Contoh, kebutuhan pensiun adalah kebutuhan jangka panjang. Jika investor saat ini usianya 35 tahun dan dia menginginkan memiliki sejumlah dana untuk dinikmati pada usia 55 tahun, artinya tujuan investasi untuk 20 tahun ke depan.

Dalam jangka panjang, saham memberikan potensi return yang paling tinggi. Selama rentang 10 tahun terakhir, pertumbuhan IHSG tertinggi terjadi pada tahun 2014 sebesar 22,3% (return saham berdasarkan kenaikan indeks saham tertinggi dalam rentang waktu 2011-2021 berdasarkan data statistik di website IDX). Fluktuasi yang terjadi, selama belum mencapai target selama 20 tahun bisa diabaikan.

Selama investor disiplin pada rencana investasi, maka hasinya akan optimal. Setelah berinvestasi dengan memilih sejumlah saham sebagai bentuk diversifikasi, lakukan secara berkala rebalancing portofolio, biasanya enam bulan atau setahun sekali.

Jika saham yang diinvestasikan sudah memberikan return yang tinggi, yang membuat nilai aset investasi pada instrumen saham meningkat di atas rata-rata return tetinggi, investor bisa merealisasikan keuntungannya dan menginvestasikan kembali agar portofolio investai terus seimbang.

Contoh, untuk memenuhi kebutuhan investasi, seorang investor mengalokasikan dana investasinya 50% ke saham dan 50% ke surat utang negara dan obligasi korporasi.

Di akhir tahun ternyata investasi saham sedang memberikan return tinggi, sehingga membuat nilai aset saham naik jadi 60%, sementara surat utang tinggal 40%. Maka investor harus menjual sahamnya agar nilainya kembali 50% dan membelikan surat utang sehingga posisinya juga kembali ke 50%.

“Hal ini dilakukan agar tujuan investasinya tetap berada pada jalurnya,” ujarnya.

Dengan cara ini, risiko investasi akan terkelola dengan baik, dan hasil yang optimal akan dituai dalam jangka panjang. Jika investor memutuskan berinvestasi jangka panjang, jangan tergiur melakukan aktivitas trading jangka pendek.

“Tetap fokus pada tujuannya. Atau jika tertarik menjadi trader, lakukan secara terpisah dengan portofolio yang baru, yang khusus untuk transaksi jangka pendek. Strategi jangka panjang dan jangka pendek bisa dipelajari dan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing investor,” pungkasnya. (swisma)